Bukan ke Jerman namanya jika tidak makan Currywurst atau Bratwurst, dua sajian khas negara tersebut. Namun, terlepas dari popularitas kedua sosis itu, döner kebab memegang predikat sebagai jajanan terpopuler.
Faktanya, sebagaimana diungkapkan Gürsel Ülber selaku juru bicara Asosiasi Produsen Döner Turki di Eropa (ATDiD), dua juta porsi döner kebab ludes dilahap penduduk berpopulasi 82 juta orang itu setiap harinya.
Kenyataan bahwa döner kebab (daging diiris tipis yang dibakar secara vertikal, dibungkus dengan roti pita, dan ditaburi salad) lebih populer dari Currywurst dan Bratwurst di ranah kuliner cepat saji Jerman merupakan penanda betapa besar pengaruh ekonomi dan budaya kaum imigran Turki di masyarakat Jerman.
Kadir Nurman dan Mehmet Aygun adalah dua figur yang bertanggung jawab atas kehadiran döner kebab di Berlin hampir 50 tahun lalu. Keduanya adalah bagian dari Gastarbeiter, kaum pekerja dari Eropa selatan dan Eropa timur yang sengaja didatangkan usai Perang Dunia II untuk membangkitkan perekonomian Jerman Barat.
Akan tetapi, ada banyak spekulasi tentang penemuan döner kebab. Aygun mengklaim dia lebih dulu membuat döner kebab setahun sebelum Nurman menjual jajanan tersebut di tokonya, Hasir, pada 1971. Baik Aygun maupun Nurman sama-sama mengklaim sebagai orang yang pertama kali mencetuskan ide menaruh daging bakaran ke dalam roti pita.
Bagaimanapun, lepas dari pengakuan Aygun, ATDiD secara resmi mengakui Nurman sebagai penjual döner kebab pertama.Menurut Ülber, Nurman menjual döner kebab perdana di Jerman dari kios kecilnya di seberang Kebun Binatang Bahnhof di Berlin Barat pada 1972. Jajanan itu kemudian populer di kalangan pekerja yang sibuk.
Bisnis döner kebab yang dijalankan Aygun dan Nurman berkembang pesat dan banyak ditiru pendatang asal Turki lainnya. Seiring waktu, putaran uang jajanan itu mencapai empat miliar euro atau Rp56,3 triliun di Jerman. Jika dihitung per hari, sebanyak 400 ton daging dihabiskan untuk döner kebab.
Berdasarkan data ATDiD, ada sebanyak 40.000 kios kebab di seantero Jerman. Dari jumlah itu, sebanyak 4.000 kios di antaranya berada di Berlin—lebih banyak dari jumlah kios kebab di Istanbul, Turki, menurut situs Visit Berlin.Setelah Berlin, kios kebab paling banyak berada di Munich, Frankfurt, Hamburg, dan Stuttgart.
Sedemikian populernya jajanan itu, sekelompok mahasiswa Jerman menciptakan cara agar napas para penikmat döner kebab tidak berbau bawang. Pada 2011, mereka menciptakan Papa Turk, minuman yang terbuat dari jahe, parsley, mint, dan lemon yang diklaim menetralisir bau bawang.
"Karena rasanya sangat enak. Anda menggenggam seluruh unsur yang bagus, ada protein dan sayuran salad," kata Ülber.Rasa bukan satu-satunya penentu popularitas döner kebab. Dengan 4,50 euro sampai 14 euro (Rp63.000 - Rp197.000) per porsi, harga yang terjangkau turut menjadi faktor penentu.
Lantaran döner kebab makin populer, isiannya kini sangat beragam. Selain irisan daging sapi yang pertama kali diciptakan Nurman, döner kebab sekarang berisi ayam, domba, dan kalkun. Rotinya pun tak hanya roti pita, tapi juga ada lembaran tipis tortilla atau durum kebab yang justru populer di Indonesia.
"Berbagai variasi seperti iskender kebab (daging domba bakar yang diiris tipis, dilumuri saus tomat, mentega domba, dan yogurt, serta dibungkus roti pita), adana kebab (cacahan daging domba bakar yang disajikan seperti sate yang menggunakan tusuk besi), dan koefte (bakso daging dengan bumbu parsley dan mint) juga menjadi populer bagi pelanggan," kata Evren Demircan, salah satu pemilik World Kebap di Stuttgart.
Namun, popularitas döner kebab klasik tak bisa ditandingi. Demircan mengaku menjual 500 porsi setiap pekan dan jumlahnya berlipat ganda pada akhir pekan.
Bukan hanya camilan malam
Untuk mengalami sendiri kehebohan döner kebab, saya bertolak ke Jerman. Di sana saya menyadari kekeliruan pandangan saya yang semula menganggap döner kebab sekadar camilan malam untuk pengunjung pesta yang pengar sesudah mabuk.Saat saya menelusuri jalan-jalan utama Kota Frankfurt, saya takjub dengan banyaknya pilihan untuk menikmati döner kebab, dari restoran mewah sampai kafe kecil yang didekorasi dengan pernak-pernik khas Turki.
Begitu jam makan siang tiba pada Jumat yang sibuk, warga setempat, pebisnis, hingga turis berbondong-bondong menuju kios kebab terdekat dan rela mengantre.
Tatkala ada sebagian orang yang memilih seporsi daging bakar, saya langsung memesan seporsi döner kebab ukuran besar di Nazar Kebap Haus (Schäfergasse 38). Selagi saya memegang roti pita dan menggigitnya, saus cabai dan cairan yoghurt bercampur bawang meleleh di bagian bawah. Dengan kombinasi daging dan salad, rasanya begitu segar dan berbumbu. Pantas saja jajanan ini sangat populer.
Saya menilai warga asal Turki benar-benar sukses menjaga orisinalitas kuliner tersebut dan pada saat bersamaan beradaptasi pada dunia kuliner yang kompetitif serta terus berkembang. Sebagai kelompok etnis non-Jerman terbesar di Jerman (komunitas warga asal Turki terbesar di luar Turki ada di Berlin), döner kebab mereka berfungsi sebagai wahana yang tidak hanya berperan penting bagi ekonomi dan memuaskan selera penduduk setempat, tapi juga berfungsi sebagai pengikat dua kebudayaan yang berbeda.
Bagi banyak imigran Turki, döner kebab mewakili peluang. Dan meski setelah hampir lima dekade dan beberapa generasi untuk menjaga kuliner döner kebab tetap hidup, para perintisnya tak pernah dilupakan.
"Tentu saja, kami berterima kasih kepada Kadir dan Mehmet. Mereka tidak hanya menciptakan kebab, tapi juga meletakkan dasar bagi industri kebab serta penghidupan banyak orang. Banyak industri yang mengambil untung dari penjualan döner," tandas Demircan.
Faktanya, sebagaimana diungkapkan Gürsel Ülber selaku juru bicara Asosiasi Produsen Döner Turki di Eropa (ATDiD), dua juta porsi döner kebab ludes dilahap penduduk berpopulasi 82 juta orang itu setiap harinya.
Kenyataan bahwa döner kebab (daging diiris tipis yang dibakar secara vertikal, dibungkus dengan roti pita, dan ditaburi salad) lebih populer dari Currywurst dan Bratwurst di ranah kuliner cepat saji Jerman merupakan penanda betapa besar pengaruh ekonomi dan budaya kaum imigran Turki di masyarakat Jerman.
Kadir Nurman dan Mehmet Aygun adalah dua figur yang bertanggung jawab atas kehadiran döner kebab di Berlin hampir 50 tahun lalu. Keduanya adalah bagian dari Gastarbeiter, kaum pekerja dari Eropa selatan dan Eropa timur yang sengaja didatangkan usai Perang Dunia II untuk membangkitkan perekonomian Jerman Barat.
Akan tetapi, ada banyak spekulasi tentang penemuan döner kebab. Aygun mengklaim dia lebih dulu membuat döner kebab setahun sebelum Nurman menjual jajanan tersebut di tokonya, Hasir, pada 1971. Baik Aygun maupun Nurman sama-sama mengklaim sebagai orang yang pertama kali mencetuskan ide menaruh daging bakaran ke dalam roti pita.
Bagaimanapun, lepas dari pengakuan Aygun, ATDiD secara resmi mengakui Nurman sebagai penjual döner kebab pertama.Menurut Ülber, Nurman menjual döner kebab perdana di Jerman dari kios kecilnya di seberang Kebun Binatang Bahnhof di Berlin Barat pada 1972. Jajanan itu kemudian populer di kalangan pekerja yang sibuk.
Bisnis döner kebab yang dijalankan Aygun dan Nurman berkembang pesat dan banyak ditiru pendatang asal Turki lainnya. Seiring waktu, putaran uang jajanan itu mencapai empat miliar euro atau Rp56,3 triliun di Jerman. Jika dihitung per hari, sebanyak 400 ton daging dihabiskan untuk döner kebab.
Berdasarkan data ATDiD, ada sebanyak 40.000 kios kebab di seantero Jerman. Dari jumlah itu, sebanyak 4.000 kios di antaranya berada di Berlin—lebih banyak dari jumlah kios kebab di Istanbul, Turki, menurut situs Visit Berlin.Setelah Berlin, kios kebab paling banyak berada di Munich, Frankfurt, Hamburg, dan Stuttgart.
Sedemikian populernya jajanan itu, sekelompok mahasiswa Jerman menciptakan cara agar napas para penikmat döner kebab tidak berbau bawang. Pada 2011, mereka menciptakan Papa Turk, minuman yang terbuat dari jahe, parsley, mint, dan lemon yang diklaim menetralisir bau bawang.
"Karena rasanya sangat enak. Anda menggenggam seluruh unsur yang bagus, ada protein dan sayuran salad," kata Ülber.Rasa bukan satu-satunya penentu popularitas döner kebab. Dengan 4,50 euro sampai 14 euro (Rp63.000 - Rp197.000) per porsi, harga yang terjangkau turut menjadi faktor penentu.
Lantaran döner kebab makin populer, isiannya kini sangat beragam. Selain irisan daging sapi yang pertama kali diciptakan Nurman, döner kebab sekarang berisi ayam, domba, dan kalkun. Rotinya pun tak hanya roti pita, tapi juga ada lembaran tipis tortilla atau durum kebab yang justru populer di Indonesia.
"Berbagai variasi seperti iskender kebab (daging domba bakar yang diiris tipis, dilumuri saus tomat, mentega domba, dan yogurt, serta dibungkus roti pita), adana kebab (cacahan daging domba bakar yang disajikan seperti sate yang menggunakan tusuk besi), dan koefte (bakso daging dengan bumbu parsley dan mint) juga menjadi populer bagi pelanggan," kata Evren Demircan, salah satu pemilik World Kebap di Stuttgart.
Namun, popularitas döner kebab klasik tak bisa ditandingi. Demircan mengaku menjual 500 porsi setiap pekan dan jumlahnya berlipat ganda pada akhir pekan.
Bukan hanya camilan malam
Untuk mengalami sendiri kehebohan döner kebab, saya bertolak ke Jerman. Di sana saya menyadari kekeliruan pandangan saya yang semula menganggap döner kebab sekadar camilan malam untuk pengunjung pesta yang pengar sesudah mabuk.Saat saya menelusuri jalan-jalan utama Kota Frankfurt, saya takjub dengan banyaknya pilihan untuk menikmati döner kebab, dari restoran mewah sampai kafe kecil yang didekorasi dengan pernak-pernik khas Turki.
Begitu jam makan siang tiba pada Jumat yang sibuk, warga setempat, pebisnis, hingga turis berbondong-bondong menuju kios kebab terdekat dan rela mengantre.
Tatkala ada sebagian orang yang memilih seporsi daging bakar, saya langsung memesan seporsi döner kebab ukuran besar di Nazar Kebap Haus (Schäfergasse 38). Selagi saya memegang roti pita dan menggigitnya, saus cabai dan cairan yoghurt bercampur bawang meleleh di bagian bawah. Dengan kombinasi daging dan salad, rasanya begitu segar dan berbumbu. Pantas saja jajanan ini sangat populer.
Saya menilai warga asal Turki benar-benar sukses menjaga orisinalitas kuliner tersebut dan pada saat bersamaan beradaptasi pada dunia kuliner yang kompetitif serta terus berkembang. Sebagai kelompok etnis non-Jerman terbesar di Jerman (komunitas warga asal Turki terbesar di luar Turki ada di Berlin), döner kebab mereka berfungsi sebagai wahana yang tidak hanya berperan penting bagi ekonomi dan memuaskan selera penduduk setempat, tapi juga berfungsi sebagai pengikat dua kebudayaan yang berbeda.
Bagi banyak imigran Turki, döner kebab mewakili peluang. Dan meski setelah hampir lima dekade dan beberapa generasi untuk menjaga kuliner döner kebab tetap hidup, para perintisnya tak pernah dilupakan.
"Tentu saja, kami berterima kasih kepada Kadir dan Mehmet. Mereka tidak hanya menciptakan kebab, tapi juga meletakkan dasar bagi industri kebab serta penghidupan banyak orang. Banyak industri yang mengambil untung dari penjualan döner," tandas Demircan.
No comments:
Post a Comment