MuslimOnline.Id- Ketua Umum Gerakan Islam Pengawal NKRI (GIP-NKRI), Dr Masri Sitanggang menegaskan bahwa penegakan syariat Islam adalah kewajiban tiap muslim sebagai wujud ketaatan pada Allah sebagai Ilah.
"Salah satu makna Ilah adalah sesuatu yang ditaati. Tidaklah kita disebut taat pada Allah jika kita tidak pada hukum-Nya. Orang yang tidak taat maka disebut kufur. Hukum-hukum Islam inilah secara sederhana disebut Syariat Islam," ujarnya dalam pengajian Subuh di Masjid Taqwa, Jalan Puri, Kota Matsum I, Kecamatan Medan Area, Selasa (20/11/2018).
Memperingati Maulid Nabi, Masri juga mengingatkan agar tidak kehilangan esensi diutusnya Rasulullah Saw itu sendiri. "Dalam Al-Quran disebutkan Muhammad itu diutus sebagai Rahmatan Lil 'Alamin. Rasul membawa pesan. Pesan itu adalah Islam. Maka yg menjadi rahmat itu adalah syariat Islam. Syariat Islam itu adalah Rahmatan Lil 'Alamin," ujar pengurus MUI Kota Medan.
Akan tetapi, Masri menyayangkan istilah "Rahmatan Lil 'Alamin" sering disalahgunakan. Istilah itu sekarang malah digiring kepada makna bahwa Islam harus menyesuaikan diri dengan lingkungan bagaimana pun bentuk lingkungan itu, baik lingkungan itu penuh kemaksiatan seperti perjudian, pelacuran maupun LGBT.
Sebagai contoh bahwa siapapun, agama apapun tiap orang pasti akan terkena dampak buruk dari riba. Maka dengan syariat Islam yang melarang riba, maka semua orang akan merasakan rahmat jika syariat itu diterapkan.
"Contoh syariat Islam yang paling rendah adalah membuang duri di jalan. Agama apa yang tidak dirahmati dengan syariat ini? Begitupula arahan Nabi bahwa tidak boleh ada lahan yang bertahun tidak digunakan atau lahan tidur. Kalau kemudian, hukum ini dibentuk jadi hukum positif, maka bayangkan betapa banyak pengangguran yang bisa diatasi," kata Masri.
Oleh karena itu, sejatinya tiap muslim diperintahkan untuk menegakkan syariat Islam. Di sisi lain, seluruh manusia justru membutuhkan syariat Islam.
Masri pun mengajak umat Islam khususnya di Indonesia untuk ngotot menegakkan syariat Islam. Sejarah mencatat bahwa penjajahan di Indonesia berawal dari misi Perang Salib yang ingin menghempang dakwah Islamiyah yang berkembang cepat di Eropa.
"Setelah 1492 tumbang Islam di Cordova. Spanyol dan Portugis didatangi Paus, kemudian atas nama kami memberi instruksi bahwa dunia sebelah barat diserahkan pada Spanyol, sebelah timur diserahkan kepada Portugis. Mereka pun berlayar dan kemudian bertemu di Indonesia kala itu," ujarnya.
Penjajahan di Indonesia sejatinya berintikan menghilangkan syariat Islam yang sudah tegak di kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara kala itu.
"Jadi, penjajah itu sejatinya menyingkirkan syariat Islam di negeri ini. Buktinya yang berontak adalah ulama. Kalau hanya berlatar belakang Ekonomi, dari dulu India dan Arab berdagang di Indonesia tapi kita tidak berontak," jelas.
Sayangnya, kondisi umat saat ini sangat mengenaskan dimana syariat Islam hanya boleh berlaku kalau sesuai dengan hukum adat. Sehingga jadilah hukum Islam yang beradat.
"Selama ini, umat Islam banyak mengalah sehingga sekarang ada seorang wanita yang mimpin Partai yang dengan berani menolak syariat Islam," ujar sosok yang menjadi caleg DPR RI Asal PBB ini.
Masri menilai perjuangan umat sekarang harus melalui parlemen. "Jangan sampai ada peraturan yang bertentangan dengan syariat Islam. Kita tidak mau undang undang di Indonesia jadi hukum thogut. Jangan jadikan umat muslim merasakan bentrok antara hukum thogut dan hukum Allah di Indonesia," pungkas pria berusia 59 tahun.
Nasional
Monday, November 19, 2018
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment